Sade
Sade adalah salah satu dusun di desa Rembitan, Pujut, Lombok Tengah . Dusun ini dikenal sebagai dusunyang mempertahankan adat suku Sasak. Suku Sasak Sade sudah terkenal di telinga wisatawan yangdatang ke Lombok. Ya, Dinas Pariwisata setempat memang menjadikan Sade sebagai desa wisata. Inikarena keunikan Desa Sade dan suku Sasak yang jadi penghuninya.
Sebagai desa wisata, Sade punya keunikan tersendiri. Meski terletak persis di samping jalan raya aspal nan mulus, penduduk Desa Sade di Rembitan, Lombok Tengah masih berpegang teguh menjaga keaslian desa.
Atmosfir desa tradisional pun langsung menghinggapi ketika melangkahkah kaki melewati gapura desa. Desa tradisional yang bersih dan tertata rapi. Begitulah kesan pertama memasuki desa ini. Beruntung, siang itu kami ditemani seorang pemandu yang merupakan pemuda desa setempat. Setelah mengisi buku tamu dan memberikan sumbangan seikhlas hati untuk perawatan desa, barulah mulai berkeliling. Untaian kain berjajar rapi dan aneka cendramata khas Lombok ditawarkan hampir di setiap rumah yang ada di desa ini. Anda dapat memilih aksesoris setempat seperti kalung, gelang ataupun wadah perhiasan sebagai oleh – oleh dari Lombok. Beberapa motif yang sering menghiasi aksesoris tersebut biasanya berupa cicak, simbol keberuntungan menurut masyarakat setempat.
Desa Sade memiliki luas lebih kurang 6 ha dan ditinggali oleh 152 kepala keluarga. Hanya ada 152 rumah disana dan pemerintah daerah setempat bersama – sama dengan pemangku adat desa memang mempertahankan keaslian adat istiadat lokal di desa ini. Menurut peraturan desa, warga tidak boleh membangun pemukiman baru lagi di Desa Sade. Sebagian besar warga Desa Sade hidup dari kegiatan bertani, pengrajin kain tenun ikat khas Lombok dan pengrajin cinderamata.
Bisa dibilang, Sade adalah cerminan suku asli Sasak Lombok. Yah, walaupun listrik dan program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dari pemerintah sudah masuk ke sana, Desa Sade masih menyuguhkan suasana perkampungan asli pribumi Lombok.
Hal itu bisa dilihat dari bangunan rumah yang terkesan sangat tradisional. Atapnya dari ijuk, kuda-kuda atapnya memakai bambu tanpa paku, tembok dari anyaman bambu, dan langsung beralaskan tanah.
Orang Sasak Sade menamakan bangunan itu “bale”. Ada delapan bale yaitu Bale Tani, Jajar Sekenam, Bonter, Beleq, Berugag, Tajuk dan Bencingah. Bale-bale itu dibedakan berdasarkan fungsinya. Ada 152 Kepala Keluarga (KK) di Sade. Dulu, penduduknya banyak yang menganut Islam Wektu Telu.
Bale dalam letaknya di belakang dari bale luar dan dihubungkan oleh anak tangga. Untuk mencapai pintu masuk ke bale dalam yang ukurunnya lebih mini lagi dibandingkan dengan ukuran pintu masuk rumah, anda harus menapaki 3 anak tangga. Jumlah anak tangga ini pun tidak sembarangan dan memiliki arti tersendiri. Menurut sang pemandu, jumlah anak tangga itu sesuai dengan filosofi suku Sasak yaitu Wetu Telu dimana menurut kepercayaan suku Sasak hidup manusia itu termaknai dalam 3 tahapan yaitu lahir, berkembang dan mati. Tapi sekarang,banyak penduduk Sade sudah meninggalkan Wektu Telu dan memeluk Islam sepenuhnya.
Bale dalam adalah ruang yang lebih privasi bagi suku Sasak si pemilik rumah. Di bale dalam ini terdapat tungku untuk memasak dan ruangan tidur untuk perempuan yang juga digunakan untuk ruangan melahirkan. Bale dalam tidak memiliki jendela dan penerangannya hanya berasal dari lampu yang terletak di pojok ruangan.
Rumah suku Sasak ini seluruhnya terbuat dari bahan – bahan alami. Dindingnya dari anyaman bambu dan atapnya dari rumbia. Sementara lantainya juga hanya beralaskan tanah. Satu lagi keunikan rumah suku Sasak ini adalah lantai rumahnya dilumuri oleh kotoran kerbau sehingga lebih liat Jaman dahulu ketika belum ada plester semen, orang Sasak Sade mengoleskan kotoran kerbau/sapi di alas rumah. Sekarang sebagian sudah bikin plester semen dulu, baru kemudian diolesi kotoran kerbau/sapi.
Konon, dengan cara begitu lantai rumah dipercaya lebih hangat dan dijauhi nyamuk. Bayangkan saja, kotoran itu tidak dicampur apa pun kecuali sedikit air. Tapi saat masuk ke rumah, tak ada bekas bau yang tercium.